ISBN: 9786025254178
Oktober 2018
Penulis: Abdul Hamid Jaudah al-Sahfar
Penerbit: Qalam
Ukuran: 15 x 23 cm/468 Gram
Halaman: 318 Hal/Bp/Soft Cover
Rp 65.000,-
Komunitas Muslim yang baru lahir di Madinah membutuhkan pelajaran dan guncangan keras agar mereka tumbuh menjadi umat yang kokoh dan maju. Pada peperangan inilah pertama kalinya kaum Muslim menentang pemikiran dan pendapat Rasulullah. Menjelang peperangan, Nabi saw. mengusulkan agar mereka menggelar perang kota: membiarkan musuh masuk mengalir memasuki jalan-jalan di kota Madinah, lalu pasukan Muslim menyerang mereka dengan panah, tombak, dan lemparan batu. Namun, para sahabat mendesak Rasulullah agar menyambut musuh. Rasul mengikuti keinginan mereka. Ketidakpatuhan seperti itu pulalah yang menghancurkan pasukan Muslim dalam perang ini. Mereka tak mematuhi perintah Rasulullah. Hasrat dunia keinginan mendapatkan pampasan perang menghancurkan kemenangan yang ada di depan mata.
Perang Uhud juga menerbitkan kepedihan mendalam di dada Rasulullah dan kaum Muslimin. Hamzah, Sang Singa Allah, gugur dengan dada dikoyak dan jantung ditanggalkan dari tubuhnya. Beberapa sahabat lainnya gugur dalam perang ini, termasuk sang utusan Rasulullah, rasûlu rasûlillâh, Mush’ab ibn Umair. Ia gugur setelah mempertahankan panji kaum Muslimin hingga kedua tangan-nya putus ditebas musuh. Kesadaran untuk setia dan menegakkan disiplin yang tumbuh di kalangan Muslim harus ditebus dengan harga yang sangat tinggi.
Yang terindah, di atas semua itu, Nabi senantiasa hadir sebagai penyayang bagi segenap umatnya.
Buku ini menuturkan dengan apik berbagai peristiwa yang berlangsung di tanah Madinah, baik sebelum, selama, dan setelah kecamuk Perang Uhud. Berbagai peristiwa dituturkan dengan gaya bahasa yang mengalir ringan, membuat pembaca seakan-akan menyaksikan berbagai peristiwa itu secara langsung.
Berbagai peristiwa dan gejolak sosial yang terjadi setelah Perang Uhud di-gambarkan dengan menarik sehingga pembaca memahami konteks yang melatari turunnya ayat-ayat Al-Quran pada periode ini, termasuk salah satu peristiwa penting dalam kehidupan Rasulullah, yaitu hadîts al-ifk—kabar dusta tentang Ummul Mukminin Aisyah r.a., juga dinamika dan konflik sosial yang berlangsung antara kabilah Aus dan Khazraj, antara Muslim dan Yahudi, juga antara Muhajirin dan Anshar. Semuanya diramu dan disampaikan dengan gaya tutur yang ringan.
Abdul Hainid Jaudah al-Sahhar adalah seorang sejarawan dan sastrawan Mesir yang lahir 25 April 1913 dan wafat pada 22 Januari 1974. Setelah lulus sarjana ekonomi Universitas Fuad I tahun 1937, ia banyak menempa diri dalam menulis cerita di majalah ternama pada masanya, ar-Risalah dan al-Tsaqafah yang diasuh Profesor Ahmad Amin. Selanjutnya ia lebih banyak menulis kisah historis. Karya pertamanya berjudul Ahsan Bathl al-Istiqlal (1943) terbit saat usianya` menginjak 31 tahun. Lalu menulis novel-sejarah berjudul Amirah Qurthubah. Belakangan, ia meminati tema keislaman dan menulis biografi Abu Dzar al-Ghifari, Bilal: Sang Muazin Rasul, Sa’d ibn Abi Waqash, Abna’ Abu Bakr, dan sirah Muhammad Rasulullah Walladzina Ma’ah (20 jilid).